Arca Totok Kerot
Arca Totok Kerot adalah tempat pertama yang kami kunjungi di daerah Kediri, setelah sebelumnya kami dijemput oleh Mas Sanusi di Stasiun Kediri pada sebuah pagi, beberapa saat setelah turun dari Kereta Api Gajayana yang berangkat dari Jakarta malam sebelumnya. Selama di Kediri, Mas Sanusi-lah yang berbaik hati menemani kami berkeliling ke banyak tempat di Kediri.Adalah Myra Diarsi yang memperkenalkan kami dengan mas Sanusi, yang ternyata juga senang pergi berkelana ke tempat-tempat bersejarah di Kediri, yang sebagian belum dikunjunginya meskipun telah cukup lama tinggal di kota itu sejak mengelola sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang didirikannya.
Arca Totok Kerot berada di tepian ladang jagung dan tanaman tebu, di atas sebidang tanah terbuka yang dikelilingi oleh bilah pagar besi.
Pintu masuk pagar besi ini digembok, dan tidak ada penjaga yang datang ke lokasi Arca Totok Kerot ini, sampai kami meninggalkan tempat itu. Tidak pula terlihat ada nomor telepon penjaga yang bisa dihubungi, meskipun di bagian samping depan situs Arca Totok Kerot terdapat sebuah pos jaga.
Arca Totok Kerot setinggi tiga meter ini diduga merupakan peninggalan dari Kerajaan Kediri atau Panjalu (1042-1222) yang beribukota di Daha (baca: “Doho”), atau sekitar Kota Kediri sekarang ini. Dugaan ini berasal dari adanya lambang Kediri berupa ornamen tengkorak di atas bulan sabit pada dahi atas Arca Totok Kerot, yang disebut Candrakapala.
Arca Totok Kerot ini memakai ornamen tengkorak pada lengan, anting kiri kanan, dahi dan juga untaian kalung di lehernya. Kepalan tangan kanan Arca Totok Kerot ini terlihat telah hancur tidak berbentuk. Arca Totok Kerot ini sebelumnya terbenam di bawah tanah ketika ditemukan penduduk pada 1981, dan baru sepenuhnya diangkat pada 2003.
Pepohonan di sekitar Arca Totok Kerot tidak cukup untuk menaungi pengunjung dari sengat matahari Kediri yang terik, namun cukup untuk memberi keasrian situs itu. Arca Totok Kerot yang terbuat dari batu andesit utuh ini kakinya terlihat dihiasi dengan lilitan ular bermahkota di kepalanya.
Rambut gimbal Arca Totok Kerot, yang memang merupakan sebuah arca raseksi (raksasa perempuan). Legenda setempat menceritakan bahwa Arca Totok Kerot adalah jelmaan seorang putri cantik dari Lodoyo, Blitar yang dikutuk oleh Sri Aji Jayabaya setelah dikalahkan dalam adu kesaktian lantaran keinginannya untuk diperistri Raja Kediri itu ditolak.
Dari samping sebelah kiri, Arca Totok Kerot ini terlihat masih cukup baik, meski kepalan tangannya tidak ada lagi dan bagian atas mata kanannya seperti sobek terkena parang.
Jika dilihat dari depan baru terlihat bahwa tangan kiri Arca Totok Kerot telah hilang sampai ke pangkal lengannya.
Tangan kiri sebatas lengan Arca Totok Kerot yang telah hilang sama sekali. Barangkali jika dilakukan penggalian di sekitar situs ini, potongan lengan Arca Totok Kerot ini bisa ditemukan.
Jalanan menuju Arca Totok Kerot, diambil dari lokasi dimana Arca Totok Kerot berada. Jalanan ini terlihat cukup lebar dan ditata dengan cukup rapi. Pada jarak yang sedikit agak jauh, terdapat warung sederhana yang menjual minuman dan makanan ringan. Tidak terlihat ada cindera mata yang dijual.
Sepasang anak muda bersiap meninggalkan area, dengan bangunan pos jaga situs Arca Totok Kerot di belakangnya. Pos ini dibiarkan kosong tidak terjaga, yang bisa jadi ini karena jarangnya orang yang datang berkunjung ke situs ini.
Arca Totok Kerot merupakan situs terbesar peninggalan Kerajaan Kediri yang pernah ditemukan di daerah itu. Mungkin ada baiknya area situs ini diperluas, dan ditanami pohon peneduh, serta dibuat tengara yang memberi informasi kepada pengunjung seputar situs Arca Totok Kerot ini.
Arca Totok Kerot
Dusun Kunir, Desa BulupasarKecamatan Pagu, Kabupaten Kediri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar